Thevillagers then worked together to cook and build a big house for Kebo Iwa. He was like a giant. He could not stay with his parents anymore because his body is too big. Sadly, after a few months, the villagers also could not afford to cook him the food. They then asked Kebo Iwa to cook his own food. The villagers just prepared the raw materials.

Cerita Rakyat Dari Bali Kebo Iwa Pada jaman dahulu, di Bali, hiduplah sepasang suami istri yang sangat kaya raya. Akan tetapi mereka belum dikaruniani anak. Untuk itu, pergilah mereka ke pura untuk sembahyang dan memohon kepada Yang Maha Kuasa agar dikaruniani seorang anak. Mereka melalukan sembahyang setiap hari tanpa hentinya. Setelah sekian lama waktu berlalu, si istri mulai mengandung. Suami istri itu pun merasa bahagia dan tak lupa mengucap syukur kepada Yang Maha Kuasa. Akhirnya, setelah sembilan bulan lamanya mengandung, lahirlah seorang bayi laki-laki. Waktu pun berlalu. Sang istri mulai mengandung. Betapa bahagianya mereka. Beberapa bulan kemudian, lahirlah seorang bayi laki-laki. Ternyata yang lahir bukanlah bayi biasa. Ketika masih bayi pun ia sudah bisa makan makanan orang dewasa. Setiap hari anak itu makan makin banyak dan makin banyak. Anak itu tumbuh menjadi orang dewasa yang tinggi besar. Karena itu ia dipanggil dengan nama Kebo Iwa, yang artinya paman kerbau. Kebo Iwa makan dan makan terus dengan rakus. Lama-lama habislah harta orang tuanya untuk memenuhi selera makannya. Mereka pun tak lagi sanggup memberi makan anaknya. Dengan berat hati mereka meminta bantuan desa. Sejak itulah segala kebutuhan makan Kebo Iwa ditanggung desa. Penduduk desa kemudian membangun rumah yang sangat besar untuk Kebo Iwa. Mereka pun memasak makanan yang sangat banyak untuknya. Tapi lama-lama penduduk merasa tidak sanggup untuk menyediakan makanan. Kemudian mereka meminta Kebo Iwa untuk memasak sendiri. Mereka cuma menyediakan bahan mentahnya. Kebo Iwa memang serba besar. Jangkauan kakinya sangat lebar, sehingga ia dapat bepergian dengan cepat. Kalau ia ingin minum, Kebo Iwa tinggal menusukkan telunjuknya ke tanah. Sehingga terjadilah sumur kecil yang mengeluarkan air. Karena kehebatannya, Kebo Iwa dapat menahan serbuan pasukan Majapahit yang hendak menaklukkan Bali. Maha Patih Majapahit pun mengatur siasat. Ia mengundang Kebo Iwa ke Majapahit. Ia kemudian meminta Kebo Iwa membuatkan beberapa sumur, karena kerajaan itu kekuarangan air minum. Kebo Iwa menyanggupi tanpa curiga. Setibanya di Majapahit, ia menggali banyak sumur. Sungguh pekerjaan yang berat, karena ia harus menggali dalam sekali. Ketika Kebo Iwa sedang bekerja di dasar sumur, Sang Patih memerintahkan pasukannya menimbuni Kebo Iwa dengan kapur. Kebo Iwa sesak napasnya. Kemudian ia pun meninggal di dasar sumur. Dengan meninggalnya Kebo Iwa, Bali pun dapat ditaklukkan Majapahit. Berakhirlah riwayat orang besar yang berjasa pada Pulau Bali.
Inticerita atau tema dari cerita Kebo Iwa dari Bali ini adalah tentang tidak bisa mengendalikan nafsu. Hal itu dapat kamu lihat saat Iwa melahap semua makanan sampai habis dan tidak pernah merasa puas. 2. Tokoh dan Perwatakan. Tokoh utama dalam cerita rakyat dari Bali ini tentu saja Kebo Iwa. Ia sebenarnya adalah orang yang baik.
Cerita Rakyat Bali Kebo Iwa memiliki beberapa versi yang cukup berbeda. Pada blog kami sebelumnya memposting cerita rakyat bali kebo iwa dengan judul Cerita Anak Rakyat Bali Legenda Asal Mula Danau Batur. Pada cerita sebelumnya dikisahkan kebo iwa sebagai orang yang mudah marah namun pada cerita rakyat kali ini Kebo Iwa digambarkan sebagai pahlawan bagi Kerajaan Bali. Yang jelas kedua cerita rakyat Indonesia Kebo Iwa sangat menarik untuk disimak. Penasaran dengan kisahnya? Silahkan membaca hingga selesai. Cerita Rakyat Bali Gugurnya Putro Terbaik Bali Kebo Iwa Cerita Rakyat Bali Kebo Iwa Putra Bali Seorang bayi lelaki yang montok telah lahir. “Oekkk… ooekkk…,” si bayi terus menangis. “Mungkin ia lapar,” kata ibunya. Namun meskipun telah disusui, bayi itu masih terus menangis. Tangannya menggapai-gapai ke arah nasi di meja. “Dari tadi ia menunjuk nasi itu, Bu. Coba kau berikan sedikit padanya,” kata suaminya. Tak dinyana, si bayi melahap nasi itu dengan cepat dan menghabiskan sepiring nasi! Bayi itu tumbuh menjadi pemuda yang berbadan besar dan bertenaga kuat. Orang memanggilnya Kebo Iwa, yang artinya Paman Kerbau. Ia dinamai seperti itu karena ia makan seperti kerbau. Ia selalu makan dan makan. Lama kelamaan, kedua orangtuanya yang semakin tua tak sanggup lagi memberinya makan. Itulah sebabnya mereka menemui kepala desa untuk memohon bantuan. Sejak itu, penduduk desa bahu membahu memberi makan Kebo Iwa. Sebagai balas budi, Kebo Iwa menjaga keamanan desanya. Dengan badannya yang besar, ia tidak kesulitan mengalahkan siapa saja yang hendak mengganggu desanya. Para warga sayang padanya. Meskipun badannya besar, hatinya baik dan suka menolong. Suatu hari, Raja Bedahulu mengundang Kebo Iwa ke istana. Beliau hendak mengangkatnya menjadi patih. Kebo Iwa sangat tersanjung, “Hamba akan mengabdikan hidup untuk menjaga kerajaan. Selama hamba masih bernapas, Pulau Bali ini tak akan pernah dikuasai oleh siapa pun,” katanya mantap. Sejak saat itu, Kerajaan Majapahit yang selalu menyerang Bali tak bisa lagi mengganggu. Sedangkan di Pulau Jawa, patih Kerajaan Majapahit yang bernama Gajah Mada memang bertekad untuk menyatukan Nusantara. Ia bahkan bersumpah untuk tidak menikmati kenikmatan duniawi jika tekadnya itu belum tercapai. Sumpah itu dikenal dengan Sumpah Palapa. Patih Gajah Mada mulai bingung. Semua serangannya ke Bali gagal. Ia berusaha keras mencari cara untuk menguasai pulau Bali. Akhirnya ia mendatangi Raja Bedahulu. “Kami dari Kumpulan Cerita Anak Rakyat Bali Legenda Asal Mula Danau Batur Kerajaan Majapahit tak akan lagi menyerang pulau Bali. Kami ingin bersahabat saja dengan rakyat Bali.” katanya. Raja Bedahulu dan Patih Kebo Iwa percaya pada ucapan Patih Gajah Mada. Setelah mereka mengadakan perdamaian, Patih Gajah Mada pun diundang pada jamuan makan siang. “Baginda Raja, hamba ingin mengundang Patih Kebo Iwa ke Majapahit. Tentu Raja mengizinkan, bukan?” tanya Patih Gajah Mada. Raja Bedahulu dan Kebo Iwa berembuk, tak ada salahnya membalas kunjungan Patih Gajah Mada. Mereka setuju, Kebo Iwa akan berkunjung ke Majapahit. Setibanya di Majapahit, Kebo Iwa disambut dengan meriah. “Inilah orang yang mengalahkan pasukan kita,” bisik rakyat Majapahit. “Selamat datang Patih Kebo Iwa. Kami amat tersanjung atas kehadiranmu,” sambut Patih Gajah Mada. Kebo Iwa lalu dijamu makan siang. Seperti biasa, Kebo Iwo makan banyak sekali. “Patih Kebo Iwa, sepertinya hubungan kita sudah lebih baik, bukankah begitu?” tanya Patih Gajah Mada. “Ya, memang lebih baik hidup damai daripada terus berperang”. “Jika begitu, maukah kau membantu kami?” tanya Patih Gajah Mada lagi. “Apa itu?” tanya Kebo Iwa. “Saat ini kerajaan kami sedang kekurangan air. Maukah kau menggali sumur raksasa untuk kami? Dengan tenagamu yang kuat, tentu mudah sekali menggalinya, bukan?” Kebo Iwa dengan senang hati mengangguk, “Aku akan membantu kalian.” Keesokan haringa, Kebo Iwa mulai bekerja. Agak aneh, banyak pasukan Majapahit mengelilinginya. Mereka seolah siap menunggu perintah. Kebo Iwa tak curiga, ia terus menggali sumur. Dalam waktu singkat, ia sudah menggali sangat dalam. Tiba-tiba terdengar teriakan Patih Gajah Mada “Laksanakan!! Timbun ia dengan batu!” Bagai gempa bumi, batu-batu berhamburan ke dalam lubang sumur itu. Kebo Iwa syok. Ia tak mengangka kalau ini adalah jebakan Patih Gajah Mada. Cerita Rakyat Bali Kebo Iwa Dengan segenap tenaga, Kebo iwa melempar balik batu-batu itu ke atas. Batu-batu itu mengenai para prajurit Majapahit. Kebo Iwa melesat keluar. “Rupanya kau menjebakku? Ketahuilah, aku telah bersumpah, selama aku masih hidup, Bali tak akan bisa ditaklukkan oleh siapa pun!” teriaknya marah. Kebo Iwa terlibat pertarungan sengit melawan Patih Gajah Mada. “Mengerahlah Patih Kebo Iwa. Niat kami hanga ingin mempersatukan Nusantara!” teriak Patih Gajah Mada. Kebo Iwa tak peduli. Ia terus menyerang dan menyerang. Ketika keduanya mulai lelah, Patih Gajah Mada berkata “Sia-sia saja kita melanjutkan pertempuran ini. Suka atau tidak, suatu saat Bali akan kami kuasai. Niat kami mulia, bukan untuk menjajah atau menyengsarakan rakyat Bali.” Kebo Iwa mulai bimbang. Melihat Patih Gajah Mada yang gigih, ia yakin memang suatu saat Bali akan kalah. Setelah diam beberapa saat, Kebo Iwa berkata, “Aku tahu tujuanmu, tapi aku tak mungkin menyerah. Aku tak mau mengkhianati negara dan rajaku. Aku telah bersumpah, untuk menjaga Bali seumur hidupku.” “Jika begitu, aku harus membunuhmu,” kata Patih Gajah Mada. “Kau tak mungkin membunuhku. Aku memiliki kesaktian yang amat sangat. Kecuali satu hal, jika kau bisa menghancurkan gunung kapur dan mengoleskannya ke kepalaku, maka kesaktianku akan hilang,” jawab Kebo Iwa. Patih Gajah Mada terkejut, “Mengapa ia membuka rahasianya sendiri?” tanyanya dalam hati. Patih Gajah Mada segera melesat menuju ke gunung kapur. Ia menghancurkan gunung kapur dan membawa segenggam serbuk kapur. Sekali lagi mereka terlibat pertempuran yang sengit. Patih Gajah Mada berusaha mengoleskan serbuk kapur itu ke kepala Kebo Iwa. Akhirnya Patih Gajah Mada berhasil. Kebo Iwa langsung lemas, seolah tak bertenaga lagi. “Kau menang Patih. Bunuhlah aku, supaya kau bisa menguasai Bali,” kata Kebo Iwa. Patih Gajah Mada ragu, ia tak mungkin membunuh orang yang sudah tak berdaya. Tapi Kebo Iwo terus mendesak, “Ingat cita-citamu. Kematianku akan membawa kebaikan bagi kita semua.” Dengan terpaksa, Patih Gajah Mada menancapkan kerisnya ke tubuh Kebo Iwo. Ia kagum akan jiwa kesatria Kebo Iwo yang rela berkorban demi tujuan yang mulia. Akhirnya, Kebo Iwo mengembuskan napas terakhirnya. Sebelum meninggal, ia sempat berucap, “Semoga dengan kematianku Nusantara dapat bersatu. Tidak ada lagi peperangan dan perpecahan.” Patih Gajah Mada menjawab, “Aku berjanji akan mewujudkan persatuan Nusantara. Yakinlah, kematianmu tidak akan sia-sia.” Akhirnya Bali kehilangan putra terbaiknya. Kerajaan Majapahit menaklukkan Bali dengan mudah. Namun, sesuai janji Patih Gajah Mada pada Kebo Iwa, niatnya memang murni untuk menyatukan Nusantara, bukan untuk menjajah atau menyengsarakan rakyat Bali. Pesan dari Cerita Rakyat Bali Kebo Iwa Putra Bali untukmu adalah mengalah tidak berarti kalah. Mengalah demi kepentingan orang banyak yang lebih besar adalah tindakan yang mulia Suatuhari ketika Kebo Iwa sedang tidur nyenyak di dalam sumur, kepala kampung segera mengumpulkan warganya di tepi sumur lalu memerintahkan warga untuk melempari Kebo Iwa dengan kapur. Mulanya Kebo Iwa tidak sadar akan bahaya tersebut. Namun setelah kapur yang dilempari penduduk sudah sampai ke hidungnya Kebo Iwa terbangun dan meronta kepanasan.

Cerita Rakyat Bali Legenda Kebo Iwa - Salah satu cerita rakyat bali yang sangat terkenal adalah Legenda Kebo Iwa, dan bagi masyarakat bali Kebo Iwa merupakann sosok pahlawan pada zaman dahulu. Dan berikut ini adalah kisah tentang legenda Kebo Iwa. Selamat membaca Cerita Rakyat Bali Legenda Kebo Iwa Pada jaman dahulu, di Bali, hiduplah sepasang suami istri yang sangat kaya raya. Akan tetapi mereka belum dikaruniani anak. Untuk itu, pergilah mereka ke pura untuk sembahyang dan memohon kepada Yang Maha Kuasa agar dikaruniai seorang anak. Mereka melalukan sembahyang setiap hari tanpa hentinya. Setelah sekian lama waktu berlalu, si istri mulai mengandung. Suami istri itu pun merasa bahagia dan tak lupa mengucap syukur kepada Yang Maha Kuasa. Akhirnya, setelah sembilan bulan lamanya mengandung, lahirlah seorang bayi laki-laki. Waktu pun berlalu. Sang istri mulai mengandung. Betapa bahagianya mereka. Beberapa bulan kemudian, lahirlah seorang bayi laki-laki. Ternyata yang lahir bukanlah bayi biasa. Ketika masih bayi pun ia sudah bisa makan makanan orang dewasa. Setiap hari anak itu makan makin banyak dan makin banyak Anak itu tumbuh menjadi orang dewasa yang tinggi besar. Karena itu ia dipanggil dengan nama Kebo Iwa, yang artinya paman kerbau. Kebo Iwa makan dan makan terus dengan rakus. Lama-lama habislah harta orang tuanya untuk memenuhi selera makannya. Mereka pun tak lagi sanggup memberi makan anaknya. Dengan berat hati mereka meminta bantuan desa. Sejak itulah segala kebutuhan makan Kebo Iwa ditanggung desa. Penduduk desa kemudian membangun rumah yang sangat besar untuk Kebo Iwa. Mereka pun memasak makanan yang sangat banyak untuknya. Tapi lama-lama penduduk merasa tidak sanggup untuk menyediakan makanan. Kemudian mereka meminta Kebo Iwa untuk memasak sendiri. Mereka cuma menyediakan bahan mentahnya. Kebo Iwa memang serba besar. Jangkauan kakinya sangat lebar, sehingga ia dapat bepergian dengan cepat. Kalau ia ingin minum, Kebo Iwa tinggal menusukkan telunjuknya ke tanah. Sehingga terjadilah sumur kecil yang mengeluarkan air. Karena kehebatannya, Kebo Iwa dapat menahan serbuan pasukan Majapahit yang hendak menaklukkan Bali. Maha Patih Majapahit pun mengatur siasat. Ia mengundang Kebo Iwa ke Majapahit. Ia kemudian meminta Kebo Iwa membuatkan beberapa sumur, karena kerajaan itu kekuarangan air minum. Kebo Iwa menyanggupi tanpa curiga. Setibanya di Majapahit, ia menggali banyak sumur. Sungguh pekerjaan yang berat, karena ia harus menggali dalam sekali. Ketika Kebo Iwa sedang bekerja di dasar sumur, Sang Patih memerintahkan pasukannya menimbuni Kebo Iwa dengan kapur. Kebo Iwa sesak napasnya. Kemudian ia pun meninggal di dasar sumur. Dengan meninggalnya Kebo Iwa, Bali pun dapat ditaklukkan Majapahit. Berakhirlah riwayat orang besar yang berjasa pada Pulau Bali Cerita rakyat Bali lainnya => Kisah Calon Arang

KeboIwa menyanggupi tanpa curiga. Setibanya di Majapahit, ia menggali banyak sumur. Sungguh pekerjaan yang berat, karena ia harus menggali dalam sekali. Ketika Kebo Iwa sedang bekerja di dasar sumur, Sang Patih memerintahkan pasukannya menimbuni Kebo Iwa dengan kapur. Kebo Iwa sesak napasnya. Kemudian ia pun meninggal di dasar sumur. Dengan meninggalnya Kebo Iwa, Bali pun dapat ditaklukkan Majapahit. Dongeng Legenda Kebo Iwa Cerita Rakyat Bali - Inilah dongeng legenda Kebo Iwa cerita rakyat Indonesia dari daerah Bali. Pada zaman dahulu kala di Bali hiduplah sepasang suami istri yang telah lama tidak memiliki keturunan. Mereka sudah lama menikah namun belum juga memiliki anak. Setiap hari mereka berdoa meminta Tuhan untuk memberi mereka anak. Mereka berdoa dan terus berdoa. Tuhan akhirnya menjawab doa mereka. Sang istri kemudian hamil dan melahirkan seorang bayi laki-laki. Mereka sangat bersyukur dan bahagia. Bayi mereka luar biasa kuat. Dia sangat berbeda dari kebanyakan bayi. Dia banyak makan dan minum. Hari demi hari dia makan semakin banyak. Tubuhnya semakin besar dan kuat. Dan pada saat ia menginjak remaja, tubuhnya sudah sebesar kerbau. Batubatu kapur yang dilemparkan Kebo Iwa pun perlahan tenggelam ke lubang kolam tempat Kebo Iwa tenggelam. Bebatuan tersebut kelak dinamai menajdi Bukit Batur, sedangkan air yang menenggelamkan warga sekitar tersebut telah berubah menjadi danau dan dinamai dengan Danau Batur. Demikianlah contoh cerita rakyat Bali dalam bahasa Indonesia. Bali - Salah satu cerita rakyat Bali yang terkenal adalah Legenda Danau Batur. Cerita rakyat ini mengandung pesan moral untuk para pembaca. Danau Batur terletak di Kabupaten Bangli, Bali. Yuk simak cerita lengkap Legenda Danau Batur, seperti dirangkum dari laman zaman dahulu hidup sepasang suami istri yang telah lama berumah tangga, namun tak kunjung dikarunia anak. Tanpa putus asa, mereka terus berdoa diberikan keturunan, hingga akhirnya doa tersebut dikabulkan Sang Hyang Widi Wasa. Mereka dikarunia seorang anak laki-laki. Anak kedua pasangan ini tumbuh sangat cepat dan memiliki nafsu makan yang kuat. Sejak bayi dia memiliki nafsu makan setara sepuluh orang dewasa. Ketika beranjak usia, nafsu makan anak laki-laki tersebut semakin menjadi-jadi, hingga dia diberi mana Kebo Iwa, yang berarti paman dewasa dan bertambah besar tubuhnya, Kebo Iwa semakin kuat makan. Kebutuhan makannya dalam sehari menyamai kebutuhan makan seratus orang dewasa. Hal ini membuat kedua orang tuanya Iwa terkenal pemarah, apalagi jika tidak mendapatkan cukup makanan. Ia bisa merusak apa saja yang dilihatnya, bahkan tak terkecuali rumah-rumah penduduk dan pura tempat ibadah. Penduduk desa dibuat ketakutan dengan sifat Kebo Iwa ketika begitu, Kebo Iwa tak segan jika diminta untuk membantu pekerjaan warga desa, seperti membuat sumur, memindahkan rumah, meratakan tanah berbukit-bukit, membendung sungai, atau mengangkut batu-batu besar. Ia cekatan mengerjakan semua pekerjaan berat itu, namun dengan imbalan makanan dalam jumlah besar yang membuatnya ketika, penduduk yang bekerja sebagai petani kesulitan menyediakan makanan untuk Kebo Iwa karena musim paceklik. Mereka menjadi sangat khawatir dan ketakutan jika Kebo Iwa marah. Hingga akhirnya warga desa merencanakan siasat untuk menghadapi Kebo Iwa, bahkan berembuk, warga desa menemukan cara untuk menghadapi KeboIwa. Mereka bergotong royong mengumpulkan makanan hingga terkumpul banyak, sementara warga desa juga gotong royong mengumpulkan batu-batu kapur. Setelah semua tersedia, kepala desa dan warga menemui KeboIwa. Simak Video "Kondisi 35 Rumah Semi Permanen di Denpasar Ludes Terbakar" [GambasVideo 20detik]

MahaPatih Majapahit, Gajah Mada pun mengatur siasat. Ia mengundang Kebo Iwa ke Majapahit. Ia kemudian meminta Kebo Iwa membuatkan beberapa sumur, karena kerajaan itu kekuarangan air minum. Kebo Iwa menyanggupi tanpa curiga. Setibanya di Majapahit, ia menggali banyak sumur. Sungguh pekerjaan yang berat, karena ia harus menggali dalam sekali.

Segala sesuatu tentang Pulau Dewata memang menarik untuk diikuti, tak terkecuali cerita rakyatnya. Salah satunya yang bisa disimak di sini adalah cerita rakyat Kebo Iwa yang juga merupakan asal-usul terjadinya Danau Batur. Baca ulasannya berikut ini, ya!Tiap daerah di Indonesia memiliki legenda atau cerita rakyat yang seru untuk diikuti, tak terkecuali Bali. Selain legenda Calonarang, cerita rakyat Kebo Iwa ini juga menarik untuk dibaca, yang juga mengisahkan asal-usul Danau Batur tersebut memiliki pesan moral yang baik. Bagus juga untuk dijadikan sebagai pengingat dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Kalau mau kamu ceritakan ulang untuk adik, keponakan, atau sepupu yang masih kecil juga hanya ringkasan cerita Kebo Iwa, di sini kamu juga akan menyimak tentang ulasan unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta-fakta menariknya. Nah, daripada kebanyakan basa-basi, mending langsung saja cek ulasan lengkapnya di bawah ini, yuk! Selamat membaca!Cerita Rakyat Bali Kebo Iwa Sumber YouTube – Dongeng Kita Pada zaman dahulu kala, tepatnya di sebuah desa di Bali, ada sepasang suami istri yang hidup berkecukupan. Sayangnya, kebahagiaan pasangan tersebut belum lengkap karena tak kunjung diberikan keturunan meskipun sudah menikah cukup lama. Hari berganti hari, tahun berganti tahun, mereka sabar dan tak putus asa memohon kepada Yang Maha Kuasa supaya diberikan seorang anak. Hingga kemudian, doa pasangan tersebut dikabulkan dan sang istri pun mengandung. Sembilan bulan kemudian, lahirlah seorang anak laki-laki yang begitu sehat. Kedua orang tuanya pun membesarkannya dengan penuh kasih sayang dan memberinya nama Kebo Iwa. Namun, ternyata bayi tersebut berbeda dengan kebanyakan bayi-bayi lainnya. Ia memiliki nafsu makan yang cukup besar. Bahkan, ketika balita saja, ia sudah mampu menghabiskan sendiri porsi makanan besar yang bisa digunakan untuk memberi makan sepuluh orang dewasa. Tidak mengherankan, pertumbuhannya begitu cepat sekali. Orang Tua Kewalahan Memberi Makan Semakin lama, orang tuanya tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan makan Kebo Iwa yang sangat banyak itu. Harta kekayaan serta persediaan makanan mereka lama kelamaan habis hanya untuk memberi makan anak semata wayangnya itu. Sang istri kemudian bertanya pada suaminya, “Bagaimana ini, Pak? Persediaan padi kita mulai menipis. Sedangkan setiap hari, jatah makanan Kebo Iwa semakin banyak.” “Entahlah, Bu. Nanti Bapak pikirkan bagaimana baiknya,” jawab sang suami. Namun, karena sudah tidak sanggup lagi, mereka kemudian meminta bantuan warga desa untuk membantu memberi makan. Karena merasa kasihan, warga desa pun menyetujuinya. Sejak saat itu, kebutuhan makanan anak laki-laki tersebut ditanggung oleh warga. Baca juga Kisah Asli Pangeran Kodok dan Putri Versi Grimm Brothers Beserta Ulasan Menariknya Suka Membantu Warga Desa Meski Pemarah Sumber Dongeng Cerita Rakyat Kebo Iwa tumbuh menjadi seorang pemuda yang memiliki tubuh besar seperti raksasa. Meskipun begitu, para warga tidak takut karena anak yang cukup rajin membantu keperluan desa. Laki-laki itu sering dimintai tolong oleh warga karena memiliki tenaga besar dan kuat. Mulai dari membuat rumah, membuat sumur, atau mengangkat barang-barang berat semuanya dilakukannya. Dirinya juga tak meminta imbalan apa-apa. Hanya saja, ia meminta para warga untuk menyediakan makanan yang cukup untuknya. Awalnya, itu adalah hal yang menguntungkan. Warga tak keberatan karena itu semua dilakukan bersama-sama. Namun, karena porsi makannya semakin lama semakin banyak, warga akhirnya merasa kewalahan juga. Bayangkan saja, setiap hari mereka harus menyiapkan kurang lebih seratus porsi makanan untuknya. Apabila tidak dikirimi, ia akan mengamuk dan merusak rumah penduduk. Tak hanya itu saja, pura maupun lahan bercocok tanam pun tak luput dari amukannya. Hal itu tentu membuat warga menjadi geram. Kalau terus-terusan seperti itu, ia hanya akan menjadi beban warga saja. Datangnya Musim Paceklik Tak berapa lama kemudian, tibalah musim kemarau panjang. Hal itu membuat para warga mengalami paceklik karena sebagian besar mereka bekerja sebagai petani. Kebo Iwa seolah menutup mata mengenai hal tersebut. Dirinya tetap meminta warga untuk menyediakan jatah makan yang banyak untuknya. Hingga pada suatu hari, raksasa tersebut mendatangi rumah milik seorang warga karena sudah dua hari tak diberi makanan. Katanya, “Hai kamu, aku lapar sekali. Makanan apa yang kamu punya?” Warga tersebut kemudian menjawab, “Aduh, maaf Kebo Iwa. Persediaan berasku sudah habis. Bagaimana ini?” Kebo Iwa tentu saja tidak puas mendapatkan jawaban tersebut. Dirinya merasa marah dan hampir mengamuk kalau saja tidak mendengar suara sapi. Ia kemudian pergi mencari sumber suara dan menemukan ada tiga ekor sapi berada di belakang rumah warga tersebut. “Wah… sapimu gemuk-gemuk juga. Kurasa ini cukup untuk mengganjal perutku hari ini,” katanya. Dalam sekejap, ketiga ekor sapi yang gemuk tersebut sudah berpindah ke perut laki-laki raksasa tersebut. Sang pemilik tentu tak dapat berbuat apa-apa. Kalau melawan, tenaganya tentu akan sangat kalau dibandingkan Kebo Iwa. Baca juga Cerita Asal Usul Kota Banyuwangi dan Ulasannya, Bukti Cinta Seorang Istri yang Setia Permintaan Membuat Sumur Besar Kelakuan dari Kebo Iwa tersebut tentu saja membuat warga menjadi resah. Kalau dibiarkan terus-menerus, desa milik mereka ini bisa hancur. Kemudian, para warga berinisiatif untuk menemui kepala desa dan membicarakan semuanya. Mereka berkata pada sang kepala desa kalau sebenarnya raksasa itu adalah orang baik. Namun, mereka takut padanya saat marah-marah dan menghancurkan apa pun kalau tidak diberi makan. Mereka kemudian berembuk dan sepakat untuk mengatasi masalah tersebut. Keesokan harinya, kepala desa menemui Kebo Iwa yang sedang asyik makan di bawah pohon rindang. “Kalian mau apa kemari? Apakah kalian mengantarkan makanan? Aku masih lapar,” kata sang raksasa. “Kami akan memberikan makanan yang lebih cukup untukmu, asalkan kamu mau membantu kami membuat sumur besar untuk mengairi lahan para warga. Kalau panen lancar, tentu kamu tidak akan terlambat memberimu makanan,” jawab sang kepala desa. Mendengar hal tersebut, sang raksasa tentu saja setuju. Apa pun akan ia lakukan untuk mendapatkan makanan yang banyak. Pelajaran untuk Kebo Iwa Sumber YouTube – Animasi Cerita Indonesia ACI Setelah semuanya sepakat, Kebo Iwa kemudian bergegas untuk memulai pekerjaannya. Ia dengan giat menggali sumur dengan tangannya. Hingga tak membutuhkan waktu yang lama, air sudah mulai muncul dari dalam tanah. Ia terus menggali dan menggali lubang tersebut hingga membesar. Air yang keluar semakin banyak dan gunungan tanahnya pun semakin tinggi. Namun, karena merasa lelah, ia kemudian beristirahat sejenak. Kebetulan sekali, para warga datang membawakannya makanan. Mereka kemudian memberikan makanan yang banyak itu untuknya. Setelah semuanya habis, ia pun dilanda kantuk. Ia tertidur di dalam lubang yang digalinya itu. Air yang memancar dari dalam lubang semakin lama semakin banyak. Kebo Iwa tak menyadari dan masih terlelap dalam tidurnya. Kepala desa kemudian memerintahkan warga untuk menimbun danau tersebut menggunakan batu kapur. Saat sang raksasa akhirnya tersadar, namun sudah sangat terlambat untuk menyelamatkan diri. Ia akhirnya meninggal di dalam lubang yang digalinya sendiri. Lambat laun, air meluap sehingga membanjiri desa tersebut. Kubangan yang besar tersebutlah yang kemudian dikenal dengan Danau Batur. Sementara itu, gunungan tanah yang tinggi bekas galian dinamai Gunung Batur. Baca juga Legenda Sangkuriang & Tangkuban Perahu Beserta Ulasannya, Penting untuk Tambah Ilmu! Unsur Intrinsik dari Cerita Rakyat Bali Kebo Iwa Sumber Dongeng Cerita Rakyat Bagaimana ringkasan cerita rakyat asal Bali berjudul Kebo Iwa di atas? Seru banget, kan? Selanjutnya, di sini kamu akan menyimak mengenai unsur-unsur intrinsik dari kisah tersebut. 1. Tema Inti cerita atau tema dari cerita Kebo Iwa dari Bali ini adalah tentang tidak bisa mengendalikan nafsu. Hal itu dapat kamu lihat saat Iwa melahap semua makanan sampai habis dan tidak pernah merasa puas. 2. Tokoh dan Perwatakan Tokoh utama dalam cerita rakyat dari Bali ini tentu saja Kebo Iwa. Ia sebenarnya adalah orang yang baik. Hanya saja, nafsu makannya terlalu besar sehingga membuat dirinya menjadi serakah dan pemarah kalau kebutuhannya tidak dipenuhi. Selain itu, kedua orang tua Kebo Iwa adalah orang yang sabar dan tak pernah menyerah. Mereka juga berusaha sebisa mungkin menyediakan makanan untuk anaknya. Yang terakhir adalah kepala desa. Ia adalah orang yang peduli dengan warganya. Dirinya berusaha untuk mengatasi kekacauan yang disebabkan oleh Kebo Iwa demi ketentraman bersama. 3. Latar Secara umum, cerita rakyat Kebo Iwa ini memiliki latar tempat di sebuah desa di Bali. Namun, lebih spesifiknya, di dalam cerita disebutkan beberapa tempat seperti rumah orang tua, perkampungan warga, dan danau. 4. Alur Cerita rakyat Kebo Iwa dari Bali yang seru ini memiliki alur maju. Dimulai dari lahirnya Kebo Iwa yang kemudian tumbuh menjadi seseorang yang memiliki nafsu makan besar. Hal itu membuat para warga resah karena sang raksasa akan mengamuk jika makanannya tidak dipenuhi. Warga dan kepala desa kemudian berembuk membahas masalah tersebut dan menemukan solusi. Kisahnya diakhiri dengan sang raksasa yang mati di lubang yang digalinya sendiri. 5. Pesan Moral Pesan moral atau amanat yang dapat diambil dari cerita rakyat Kebo Iwa asal Bali ini adalah supaya bisa mengendalikan kemarahan dan emosi. Karena kalau dibiarkan, dua hal tersebut akan menghancurkan diri sendiri, sama seperti yang terjadi pada Kebo Iwa. Selanjutnya, kamu juga harus dapat mengendalikan hawa nafsu atau keinginanmu. Kalau terus membiarkannya, kamu tidak akan selalu merasa kurang. Tidak hanya unsur intrinsiknya, kamu pun harus memperhatikan unsur-unsur ekstrinsik yang membangun cerita rakyat Kebo Iwa asal Bali tersebut. Unsur ekstrinsik biasanya meliputi latar belakang masyarakat, penulis, dan juga nilai-nilai yang dikandungnya. Baca juga Kisah Asal-Usul Nyi Roro Kidul Penguasa Pantai Selatan Beserta Ulasannya yang Menarik untuk Dibaca Fakta Menarik Seputar Kebo Iwa dan Danau Batur Sumber Twitter – jelantik5 Tadi kamu sudah menyimak ringkasan dan ulasan unsur intrinsik singkat dari cerita rakyat Kebo Iwa dari Bali. Tapi tunggu dulu, ini belum selesai karena kamu masih bisa menyimak tentang fakta-fakta menarik soal kisah tersebut. 1. Memiliki Versi Lain Berbeda dengan yang kamu baca di atas, Kebo Iwa dalam versi yang ini merupakan seorang disegani. Ia menjabat sebagai panglima perang dari Kerajaan Bali Aga yang saat itu diperintah oleh Sri Ratna Bumi Banten. Sang raja dikenal sebagai seorang yang adil dan bijaksana. Ia pun dapat memerintah kerajaannya dengan baik sehingga kondisi kerajaan menjadi sangat kondusif. Hal tersebut membuat Kerajaan Majapahit menjadi sangat resah. Pasalnya, mereka tak mau tunduk kepada kerajaan besar itu. Ratu Kerajaan Majapahit yang bernama Tribuana Tungga Dewi menyuruh Gajah Mada untuk segera membereskan masalah tersebut. Namun, sang patih tidak bisa serta merta melakukannya karena ada Kebo Iwa yang terkenal kuat dan susah untuk dikalahkan. Kalau bertarung satu lawan satu, ia mungkin akan kalah. Maka dari itu, dirinya mengatur siasat supaya dapat mengalahkannya tanpa melibatkan pertarungan fisik. Ternyata, taktik yang digunakan Gajah Mada bisa dibilang sangat licik. Ia menipu panglima Kerajaan Aga tersebut dengan dalih mempererat hubungan kerajaan dan dijodohkan dengan salah satu putri cantik dari Majapahit. Setelah sampai di Jawa, ternyata Kebo Iwa disuruh untuk membuat sumur sebagai mas kawinnya. Ia pun menyanggupi hal tersebut. Akan tetapi saat sedang menggali, ternyata ia malah dikubur oleh pasukan Gajah Mada. Beruntung, dirinya bisa menyelamatkan diri. Pertarungan fisik dengan Gajah Mada tak bisa dihindari. Keduanya bertarung begitu sengit karena memiliki kekuatan yang begitu seimbang. Saat sedang bertarung, Panglima Kerajaan Aga itu mendapatkan penglihatan kalau kekalahannya akan menjadi jalan bersatunya Nusantara. Maka dari itu, ia mengalah dan terbunuh dalam pertarungan tersebut. Kekalahan tersebut membuat Gajah Mada berhasil menyatukan nusantara yang merupakan perwujudan dari Sumpah Palapa. 2. Danau Batur Dijadikan Tempat Wisata Sumber Instagram – doddyrizky Kalau kamu ingin berwisata ke Bali, Danau Batur yang berada di daerah Kintamani ini bisa kamu jadikan salah satu alternatif pilihan. Danau yang berada di ketinggian meter dari atas permukaan air laut ini cocok buat kamu yang menginginkan ketenangan. Tempat wisata ini secara ilmiah terbentuk dari letusan Gunung Batur yang terjadi ribuan tahun yang lalu. Danau tersebut memiliki luas sekitar 16 km² yang menjadikannya sebagai danau terbesar di Pulau Bali. Akses untuk ke tempat ini pun cukup mudah. Kamu bisa menggunakan layanan travel agent atau menggunakan kendaraan pribadi. Hanya saja, jalannya memang cukup berkelok-kelok dan menanjak sehingga harus berhati-hati. Di sini nanti, kamu akan disuguhi pemandangan danau yang begitu indah. Terlebih lagi, kalau kamu datang saat matahari terbenam maupun terbit. Selain itu, warna dari danau tersebut juga sering berubah. Hal itu dikarenakan Batur merupakan sebuah danau kaldera aktif. Kamu bisa menikmatinya dari dekat dengan menyewa perahu. Nah, buat yang hobi mancing, kamu juga bisa melakukannya di sini, lho. Baca juga Kisah Nabi Yusuf As dan Mukjizatnya yang Akan Membuatmu Semakin Kagum pada Sosoknya! Sudah Puas Menyimak Cerita Rakyat Kebo Iwa Asal Bali ini? Itulah tadi, cerita lengkap, ulasan unsur intrinsik, beserta fakta menarik dari cerita rakyat Kebo Iwa yang bisa disimak di PosKata. Gimana, seru banget, kan? Nggak hanya bisa untuk menyegarkan pikiran, tapi ada juga pesan moral yang bisa kamu dapatkan. Maka dari itu, sangat baik diceritakan ulang untuk adik, sepupu, keponakan, atau anakmu. Nah, buat yang masih pengin membaca cerita rakyat seru lainnya, kamu wajib banget cek artikel-artikel di KepoGaul. Contohnya adalah Cerita Rakyat Bawang Merah Bawang Putih, Cindelaras, Aji Saka, dan lain-lain. Selamat melanjutkan membacanya! PenulisErrisha RestyErrisha Resty, lebih suka dipanggil pakai nama depan daripada nama tengah. Lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang lebih minat nulis daripada ngajar. Suka nonton drama Korea dan mendengarkan BTSpop 24/7. EditorKhonita FitriSeorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri. Terdengarteriakan membahana dari dalam sumur. Kebo Iwa : (berteriak) "Belum ! Bali masih tetap merdeka, karena nafasku masih berhembus !!. Batu-batu yang ditimbunkan melesat kembali keangkasa dibarengi dengan teriakan prajurit Majapahit yang terhempas batu. Dari dalam sumur, keluarlah Patih Kebo Iwa, yang ternyata masih terlalu kuat untuk Kebo Iwa[sunting] Lahirnya Kebo Iwa Sang Putra Bali Yang Istimewa[sunting] Kerajaan Bedahulu adalah salah satu kerajaan yang pernah berdiri di Bali. Kerajaan ini dipimpin oleh raja yang bergelar Sri Astasura Ratna Bumi Banten yang artinya permata yang perkasa dari Bali. Berkat kepemimpinannya masyarakat Bali hidup sejahtera. Mereka sebagian besar bekerja sebagai petani mengolah sawah yang airnya bersumber dari Sungai Pakerisan. Sungai Pakerisan adalah sungai yang disucikan yang asal-usulnya bersumber dari cerita Mayadenawa leluhur raja Bedahulu. Aliran sungai Pakerisan telah memberikan kesuburan bagi tanah Bedahulu. Rakyat banyak membangun pemukiman di sekitar sungai Pakerisan. Salah satunya adalah Sri Karang Buncing, dia hidup bersama istrinya. Sudah lama mereka tidak dikarunia seorang anak. Penghasilan yang dikumpulkan dari mengolah lahan kerajaan seperti tidak ada artinya. Istri Sri Karang Buncing sering mengeluhkan itu kepada suaminya namun pada akhirnya mereka hanya bisa berserah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Masyarakat Desa Bedahulu adalah pemeluk agama Hindu yang taat. Setiap bulan purnama kerajaan menggelar upacara di Pura Gaduh. Pura Gaduh adalah pura terbesar di kerajaan Bedahulu. Sri Karang Buncing menghaturkan sebagian hasil dari sawah yang diolahnya berupa beras, kelapa, pisang, dan jagung. Sri Karang Buncing memang terkenal sebagai warga yang senang beramal. Upacara di pura Gaduh memberi berkat sendiri bagi Sri Karang Buncing. Istrinya ternyata mengandung, kebahagiaan Sri Karang Buncing tidak terkira. Sri Karang Buncing bekerja lebih giat lagi mengolah tanah kerajaan. Sehingga semakin banyak hasil yang bisa dia persembahkan ketika upacara di Pura Gaduh. Sebagian hasilnya akan dia kumpulkan untuk membesarkan anaknya. Beberapa bulan kemudian istri Sri Karang Buncing melahirkan seorang putra. Tepat di hari tilem atau bulan mati. Sri Karang Buncing ketika itu sedang membajak sawah dengan kerbaunya. Mendengar kabar bahagia itu Sri Karang Buncing bergegas pulang. Anak itu diberi nama Kebo Iwa. Kebo Iwa tumbuh besar dan kuat, selera makannya sangat tinggi. Sri Karang Buncing sampai kewalahan menyiapkan kebutuhan anaknya. Penghasilan yang dikumpulkannya bertahun-tahun segera habis. Sri Karang Buncing bekerja dengan keras demi membesarkan anaknya. Ibunya sering berhutang kepada tetangga untuk membeli beras. Kebo Iwa tidak seperti anak kebanyakan, mungkin karena lahir dari berkat Pura Gaduh. Badannya tinggi besar itu membuatnya segera bisa membantu ayahnya bekerja. Kebo Iwa sadar sudah menyusahkan orang tuanya, dia pun lebih banyak bekerja dari pada bermain dengan teman sebayanya. Setiap sore Kebo Iwa menemani ayahnya memandikan kerbau-kerbau. Dia pun bertanya kenapa dia diberi nama Kebo Iwa. Ayahnya menjawab nama itu terinspirasi dari kerbau. Kerbau adalah binatang yang sangat berjasa bagi petani. Kerbau binatang yang suci, kuat dan banyak jasanya. Ayah ingin Kebo Iwa bisa meniru sifat kerbau itu kuat, berhati mulia dan memberi manfaat bagi orang banyak. Sri Karang Buncing menasihati Kebo Iwa supaya tidak malu dengan kondisinya. Badannya yang tinggi besar sering menjadi bahan olok-olokan temannya. Ayahnya berpesan supaya Kebo Iwa tidak membalas perlakuan temannya. Kebo Iwa harus rajin belajar menunjukkan prestasi adalah cara yang tepat untuk membalas olok-olokan temannya. Setiap malam Kebo Iwa belajar bersama ibunya ia senang belajar ilmu alam. Belajar sambil mengamati lingkungan sekitar. Kebo Iwa senang melihat bulan dan menyadari bentuk bulan yang berubah-ubah. Dia mencatat perubahan itu terjadi berselang 15 hari. Bulan dalam kondisi penuh disebut dengan bulan purnama. Bulan dalam kondisi kosong disebut dengan bulan mati atau tilem. Ibu mengajari Kebo Iwa ilmu Wariga atau perhitungan hari baik dalam agama Hindu. Umat Hindu tidak hanya merayakan upacara setiap Purnama dan Tilem. Ada perhitungan lainnya yang terdapat dalam ilmu Wariga. Perhitungan itu adalah Wara, Wuku, Sasih dan Tahun Saka. Wara perhitungannya dalam 1 hari, Wuku dalam 1 minggu atau 7 hari, 'Sasih' perhitungan bulan dan pergantian Tahun 'Saka' dirayakan dengan hari raya Nyepi. Kebo Iwa bertanya apakah ada hubungan hari kelahiran dengan warna kulit. Kebo Iwa mengira kulitnya hitam karena lahir pada bulan mati. Ibunya tersenyum melihat kepolosan Kebo Iwa. Ibunya menjawab itu karena turunan ayahnya yang berkulit hitam. Kulit yang sebagian besar dimiliki oleh petani atau kaum Sudra. Semakin hari ibu semakin kesulitan menjawab rasa ingin tahu Kebo Iwa. Dia ingin menyekolahkan Kebo Iwa. Akan tetapi orang dari Sudra Warna tidak boleh bersekolah ketika itu. Masyarakat Bali dikelompokkan ke dalam Catur Warna, Catur Warna adalah pembagian struktur masyarakat berdasarkan profesi. Sudra Warna adalah susunan masyarakat yang berprofesi sebagai petani dan buruh. Ketika itu yang boleh belajar adalah golongan Brahmana dan Ksatria. Brahmana adalah golongan orang suci dan Ksatria adalah golongan raja. Ibu Kebo Iwa pergi ke sebuah sekolah yang dipimpin oleh Ki Soma Kepakisan. Sekolah itu hanya menerima kaum 'Brahmana' dan 'Ksatria' menjadi muridnya. Ibu memohon supaya Kebo Iwa diterima, namun ditolak. Ibu disuruh pulang, namun ibu menolak. Ketika orang sibuk bekerja di dapur, Ibu Kebo Iwa ikut membantu. Begitupun pekerjaan lain seperti menyapu, bertani, memberi makan sapi. Semua dikerjakan sampai berhari-hari. Melihat kesungguhan ibu, Ki Soma Kepakisan luluh hatinya. Kebo Iwa diijinkan bersekolah namun harus melewati tes. Ibu Kebo Iwa pulang dengan senang hati. Kebo Iwa mendatangi ibunya menanyakan kenapa ibu tidak pulang-pulang. Sambil menangis ibu memeluk Kebo Iwa dan mengatakan bahwa dia sudah bisa bersekolah. Kebo Iwa anak istimewa dia pasti mampu melewati tes masuk sekolah Ki Soma Kepakisan. Kebo Iwa Belajar dari Ki Soma Kepakisan[sunting] Kebo Iwa pamitan kepada orang tuanya, dia akan bersekolah selama 6 tahun. Ayah dan Ibu menasihatinya supaya rajin belajar dan patuh dengan perintah Ki Soma Kepakisan. Kebo Iwa harus menjadi anak yang pintar untuk membanggakan keluarga dan desanya. Dia adalah satu-satunya anak dari Sudra Warna yang diijinkan mengenyam pendidikan. Kebo Iwa juga berpamitan kepada warga desa, juga kepada teman yang mengolok-ngoloknya dulu. Mereka merasa malu dengan perbuatannya. Kebo Iwa berjanji akan kembali dan membangun desanya. Dia akan membangun sebuah sekolah untuk warga desa belajar. Perjalanan ke asrama cukup jauh, apalagi Kebo Iwa berangkat subuh. Dia ingin sampai ke sekolah tepat ketika pembelajaran dimulai. Kebo Iwa bergegas berjalan menyusuri pinggir sungai Pekerisan. Sekolah itu tepat berada di hulu sungai Pakerisan. Gerbang sekolah dibuka bertepatan dengan kedatangan Kebo Iwa. Dia segera menemui Ki Soma Kepakisan. Murid-murid duduk membentuk lingkaran di tengahnya Ki Soma Kepakisan duduk pada kursi batu. Kebo Iwa menghadap menyampaikan hormat. Murid-murid merasa heran dengan kehadiran Kebo Iwa yang terlihat berasal dari keluarga miskin. Kebo Iwa memperkenalkan diri kepada teman-temannya. Dia melihat sebagian menertawakan penampilannya. Namun Kebo Iwa membalasnya dengan senyum. Sebagai awal pembelajaran Ki Soma Kepakisan menanyakan keahlian Kebo Iwa. Kebo Iwa sangat ahli dalam bidang pertanian, selain itu dia suka mengukir batu. Ki Soma Kepakisan menyuruh Kebo Iwa mengambil batu di Sungai Pakerisan dan menunjukkan keahlian ukirnya. Kebo Iwa datang membawa batu yang sangat besar. Teman-temannya tertawa, bagaimana dia bisa memahat batu yang besar. Batu yang besar diletakkan di tengah lingkaran di depan Ki Soma Kepakisan. Kebo Iwa menunjukkan keahlian yang belum dia perlihatkan kepada siapa pun, termasuk orang tuanya. Dia memahat batu itu dengan kukunya. Pertama dia membelah batu itu membentuk kubus. Dari kubus itu Kebo Iwa membuat garis-garis untuk menentukan bagian yang akan dipahat. Kebo Iwa tekun memahat batu dengan kukunya. Hal itu menarik perhatian murid-murid dari tingkat di atasnya. Menjelang siang batu itu sudah berubah wujud menjadi bentuk yang sangat dikenal murid-murid sekolah. Batu itu kini menjadi patung Ki Soma Kepakisan yang berdiri lengkap dengan tongkatnya. Ki Soma Kepakisan membenarkan kata-kata ibu Kebo Iwa, bahwa anaknya adalah anak yang istimewa. Kebo Iwa sangat berbakat dalam rancang bangun. Dia akan menjadi undagi atau ahli bangunan yang hebat. Ki Soma Kepakisan mengajarkan Kebo Iwa ilmu matematika, seni memahat, dan seni bangunan. Ibu Kebo iwa sudah berjanji bahwa Kebo Iwa tidak hanya belajar disana, Kebo Iwa juga bekerja. Subuh sebelum pelajaran dimulai Kebo Iwa sudah di dapur membantu memasak. Setelah itu dia mencarikan rumput sapi-sapi milik sekolah. Kebo Iwa juga sering membantu memerah susu sapi. Perlahan teman-teman Kebo Iwa mulai mengaguminya, mereka malu karena sudah menghina Kebo Iwa. Mereka pun tak segan meminta pelajaran dari Kebo Iwa walaupun warna atau status mereka berbeda. Warna tidak ditentukan oleh keturunan atau kekayaan melainkan dari keahlian yang dimiliki. Tidak terasa 6 tahun sudah masa Kebo Iwa belajar. Kini dia sudah menjadi undagi atau ahli bangunan yang hebat tidak hanya itu dia tumbuh menjadi orang yang baik hati. Ki Soma Kepakisan menyarankan Kebo Iwa mengikuti seleksi menjadi undagi istana. Kerajaan Bedahulu sedang membangun candi untuk menghormati raja Anak Wungsu yang wafat. Anak Wungsu adalah kakek dari raja Bedahulu. Kebo Iwa Pahlawan Desa Blahbatuh[sunting] Warga desa menyambut kedatangan Kebo Iwa, mereka menyambut dengan syukuran sederhana. Warga desa duduk di balai desa menikmati makanan yang disediakan oleh Sri Karang Buncing. Upacara penyambutan yang bahagia itu sebenarnya menyimpan kisah haru karena dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Kepala desa yang baru adalah pemimpin yang kejam, warga diharuskan menyetor pajak 2 kali lipat. Warga desa diawasi oleh pasukan pemungut pajak. Tidak ada satu pun yang berani melawan kepala desa itu karena sudah pasti akan disakiti. Kebo Iwa akhirnya tahu kenapa desanya kini berubah, rumah-rumah desa banyak yang rusak. Sawah dan ladang terlihat kering inilah sebabnya desanya tidak semakmur dulu. Warga desa hidup dalam kondisi tertindas. Melihat hal ini Kebo Iwa tidak bisa tinggal diam, dia berjanji akan menyelesaikan masalah desa. Dia akan menemui kepala desa yang lalim itu. Kebo Iwa juga berjanji akan melatih pemuda desa ilmu bela diri, sehingga mereka bisa menjaga desanya dari tekanan pemungut pajak. Ujian untuk menjadi undagi kerajaan tinggal sebulan dalam waktu itu Kebo Iwa terasa cukup untuk membangun desa. Kebo Iwa mendatangi pemungut pajak menyuruhnya berhenti memeras warga desa. Kepala desa tidak terima kemudian memerintahkan pasukan menyerang Kebo Iwa. Pertarungan tidak bisa dihindari, pasukan menyerang Kebo Iwa dari berbagai sisi mereka bersenjata sementara Kebo Iwa hanya mengandalkan kuku. Semua pasukan tidak cukup kuat meladeni Kebo Iwa yang perkasa bahkan kepala desa pun melarikan diri. Warga desa bersorak menyambut kemenangan Kebo Iwa, mereka bahagia karena terbebas dari penjajahan. Warga desa ingin menjadikan Kebo Iwa sebagai kepala desa namun kepala desa biasanya berasal dari pegawai kerajaan. Kebo Iwa mengatakan bahwa dia akan mengikuti seleksi undagi kerajaan. Sebelum itu dia melatih pemuda desa bela diri, untuk menjadi pasukan penjaga desa. Pasukan itu kemudian diberi nama Balabatu, bala artinya pasukan dan batu artinya batu. Balabatu artinya pasukan yang memiliki kekuatan sekuat batu. Kebo Iwa mengikuti seleksi undagi yang nanti akan membangun candi penghormatan raja Anak Wungsu. Candi itu agak berbeda karena akan dibangun pada bibir tebing Sungai Pakerisan. Bibir tebing itu berisi batu andesit yang keras. Tentu ini sangat mudah bagi Kebo Iwa, karena dia dianugerahi memiliki kuku yang keras dan tajam. Ketika akan mengajukan diri kepada petinggi kerajaan, Kebo Iwa dihadang oleh kepala desa. Dia menuduh Kebo Iwa tidak mau membayar pajak dan memimpin pemberontakan melawan pemerintahan Bedahulu. Petinggi kerajaan itu adalah Ki Pasung Grigis, dia adalah mahapatih kerajaan Bedahulu. Melihat keributan itu Ki Pasung Grigis memanggil Kebo Iwa untuk diadili. Kebo Iwa maju dalam persidangan dan menyampaikan keadaan yang sebenarnya. Tidak lupa dia menyampaikan pesan dari gurunya, Ki Soma Kepakisan. Melihat kejujuran dan adab Kebo Iwa yang baik, Ki Pasung Grigis percaya dengan kata-kata Kebo Iwa. Dia justru memecat dan menghukum kepala desa yang lalim itu. Ki Soma Kepakisan adalah sahabat dekat dari Ki Pasung Grigis. Dia tidak mungkin salah memilih murid. Kebo Iwa pasti murid yang spesial sehingga mendapat rekomendasi Ki Soma Kepakisan. Dugaan Ki Pasung Grigis benar, Kebo Iwa adalah undagi yang sangat rajin dan ulet. Walaupun Kebo Iwa adalah pemimpin proyek dia tidak segan terjun langsung membuat ukiran dengan kukunya. Kebo Iwa selain memiliki keahlian 'undagi', dia juga memiliki bakat kepemimpinan. Melihat kelebihan itu, Ki Pasung Grigis mengangkat Kebo Iwa menjadi prajurit kerajaan. Dia kini tergolong 'Ksatria Warna' golongan yang memiliki tugas memimpin dan menjaga keamanan. Kebo Iwa menyambut baik peran itu dia ingin menjaga desanya. Ki Pasung Grigis membagikan semua ilmu dan pengalamannya selama menjadi patih Bedahulu, dia yakin kelak posisinya akan digantikan oleh Kebo Iwa. Kebo Iwa belajar dengan tekun dan cepat menyerap penjelasan Ki Pasung Grigis. Pemimpin yang baik harus mampu menjalankan Tri Kaya Parisudha atau tiga perbuatan yang mulia. Berkata yang baik, berpikir yang baik, dan berbuat yang baik. Itu yang sering dipesankan kepada Kebo Iwa. Pembangunan candi di tebing sungai Pakerisan sudah mulai rampung. Candi-candi yang besar dan megah itu berjejer menempel di dinding tebing. Sebuah karya yang memukau yang menjadi warisan kebesaran kerajaan Bedahulu. Candi itu diresmikan dengan nama Candi Gunung Kawi. Raja Bedahulu sangat terkesan dengan karya Kebo Iwa. Tidak salah orang-orang kerajaan memuji kehebatannya. Kebo Iwa tidak hanya menjalankan tugasnya sebagai prajurit kerajaan melainkan juga memimpin pembangunan Candi Gunung Kawi. Atas jasanya ini, Raja Bedahulu berkenan mengabulkan permintaan Kebo Iwa. Kebo Iwa mengatakan dia ingin kembali ke desanya menjadi pemimpin di sana. Ki Pasung Grigis menyarankan raja supaya Kebo Iwa diberikan kewenangan menjaga wilayah Bedahulu bagian selatan, di bagian itu juga desa Kebo Iwa berada. Raja Bedahulu memutuskan Kebo Iwa diangkat menjadi patih yang menjaga wilayah Bedahulu bagian selatan. Sebagai pejabat kerajaan Kebo Iwa diberikan tanah desa. Semua yang ada di desa itu ada dalam kepengawasan Kebo Iwa. Warga desa berseru menyambut kabar gembira itu. Kini mereka berada dalam kepemimpinan yang baru. Kebo Iwa akan membuat hidup mereka menjadi makmur sejahtera. Wilayah kekuasaan Kebo Iwa itu diberi nama Blahbatuh. Nama ini dipilih untuk menghormati Ki Soma Kepakisan. Kebo Iwa ingat dulu dia harus membelah batu yang besar untuk bisa diterima di sekolah Ki Soma Kepakisan. Kebo Iwa adalah sosok pahlawan, kebanggaan warga desa Blahbatuh. Banyak warisan luhur beliau yang kini masih ada di desa Blahbatuh. Kebo Iwa mendirikan pura Goa Gajah, pura Candi Tebing Tegalinggah, pura Kebo Edan. Arca wajah Kebo Iwa disthanakan di Pura Gaduh. Tempat yang memberkati kelahiran Kebo Iwa. T1iwAH.
  • trof7ojaa3.pages.dev/149
  • trof7ojaa3.pages.dev/284
  • trof7ojaa3.pages.dev/66
  • trof7ojaa3.pages.dev/28
  • trof7ojaa3.pages.dev/15
  • trof7ojaa3.pages.dev/345
  • trof7ojaa3.pages.dev/294
  • trof7ojaa3.pages.dev/348
  • trof7ojaa3.pages.dev/269
  • cerita kebo iwa dalam bahasa bali